Wednesday, September 7, 2011

Trinitas aspek pendidikan: Kognitif, Psikomotor, Afektif

Ketiga istilah di atas mulai diperkenalkan di Indonesia pada kisaran tahun 2000-an. Namun, saya agak ragu para siswa (juga bahkan sebagian besar para pendidik) memahami maksud dari ketiga aspek ini. Berikut adalah penjelasan sederhana dari ketiga aspek di atas, menurut interpretasi saya.

Kognitif (brain)
Aspek ini adalah aspek yang, fakta-nya, paling dominan untuk ditekankan di seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Aspek ini menyentuh aspek pengetahuan dari peserta didik. Aspek ini adalah aspek yang paling mudah diuji dibanding dengan kedua aspek lainnya, yaitu dengan model ujian tertulis. Agar lebih memudahkan pemahaman, aspek kognitif dapat dianalogikan dengan pengisian otak (brain). Sebagai contoh, dalam pendidikan jasmani dan kesehatan (dahulu pelajaran olahraga), pengetahuan tentang ukuran lapangan sepak bola adalah termasuk ke dalam aspek ini.

Psikomotor (hand)
Aspek ini adalah aspek yang ditekankan pada kurikulum pendidikan Indonesia tahun 2000 ke atas. Aspek ini dapat dianalogikan sebagai melatih tangan (hand), juga organ tubuh motorik lainnya. Ujian untuk aspek ini populer disebut dengan istilah ujian praktik. Aspek ini berkaitan erat dengan aspek keterampilan, yang mana dapat ditempa melalui serangkaian latihan yang rutin. Sebagai contoh, dalam penjaskes ujian lari jarak menengah adalah termasuk ke dalam aspek ini.

Afektif (heart)
Aspek ini adalah aspek yang paling rumit di antara aspek lainnya, pun diyakini banyak pihak bahwa aspek ini adalah aspek yang paling penting dan urgent bagi pendidikan generasi muda Indonesia masa kini. Aspek ini paling sulit diuji, mungkin cara yang paling masuk akal adalah ujian wawancara, seperti model "fit and proper test". Untuk memudahkan pemahaman, aspek ini akan melatih hati (heart) para peserta didik, artinya menyangkut kepedulian, tanggung jawab, integritas, dan hal-hal lain yang lebih sulit diraba bila dibandingkan dengan kedua aspek lainnya. Contoh yang saya ambil adalah, peserta didik secara sadar bergabung dengan club Palang Merah Remaja (PMR) setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya kesehatan pada mata pelajaran penjaskes, dengan niat agar dapat lebih banyak berpartisipasi secara sukarela untuk masyarakat.

Akhir kata, tanggapan dari pembaca, sangat kami harapkan.

No comments:

Post a Comment